Kamis, 17 Oktober 2013

Belajar Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi dari Ibadah Shalat (bagian 2)

Keempat, memang pemerintah telah menetapkan rumah ibadah sebagai salah satu tempat yang dibebaskan dari pajak bumi dan bangunan. Tapi masih ada tanggungan listrik, air, kebersihan, dan beberapa hal yang berhubungan dengan eksistensi masjid itu sendiri. Jadi pertanyaannya, masjid butuh diurusi ga ? Siapa yang mengurusi masjid ? Dan jawaban dari pertanyaan itu pasti sudah tahu semua, Takmir Masjid. Takmir masjid inilah yang bertanggung jawab atas pengelolaan masjid. Diambil dari manakah pengurus takmir masjid itu ? Tentu diambil dari jama'ah masjid tersebut. Mereka yang merasa butuh akan manfaat masjid itu pasti mempunyai keinginan untuk bisa merawat dan memakmurkan masjid itu sendiri. Bila masjid bersih, tentu beribadah bisa nyaman. Takmir masjid biasanya mempunyai struktur dasar seperti ketua, sekretaris, bendahara, dan seksi – seksi. Dalam menegakkan organisasi pun begitu, butuh sekelompok orang yang bertanggung jawab atas pengelolaan organisasi tersebut. Dan orang – orang tersebut harus dihimpun dalam sebuah struktur yang jelas fungsi tugasnya.

Kelima, urusan masjid beda dengan urusan shalat. Dalam shalat berjama'ah dipimpin oleh seorang imam, dengan jama'ah yang dipimpinnya dinamakan makmum. Menjadi seorang imam itu ada tata caranya. Imam dipilih dari orang yang paling banyak hafalannya. Karena penting bagi seorang imam itu untuk paham dengan apa yang ia baca. Begitu pula dengan pemimpin sebuah organisasi, sudah seharusnya dipilih dari yang paling paham dengan kondisi organisasi tersebut. Jika dalam shalat ada yang mempunyai jumlah hafalan yang sama, maka dipilih yang paling tua. Dalam organisasi, dia yang mempunyai pengalaman paling banyaklah yang pantas menduduki jabatan teratas, karena pengalamannya adalah pembelajaran yang telah didapatkan sebelumnya.

Keenam, ada tidak makmum pilih – pilih imam ? Tidak ada bukan. Yang dilakukan paling cuma menilai imam dalam hati (imam ini bacaannya lama, imam itu pakai qunut,dll). Namun dalam pelaksanaan shalat berjama'ah, makmum tetap mengikuti gerakan imam. Karena cara penentuan imam sudah jelas, maka makmum wajib mengikuti setiap gerakan imam, whoever he is. Yang sangat tidak diperbolehkan adalah memasukkan alasan – alasan tidak logis yang tidak sesuai dengan ibadah itu sendiri (imamnya dari partai A, ormas B, anti pemerintah, dll). Ada berbagai macam tipe kepemimpinan, dan setiap pemimpin organisasi pasti mempunyai tipe – tipe sendiri. Sebagai anggota harus paham dengan tipe kepemimpinan tersebut, dan sebagai pemimpin, harus paham dengan apa yang diinginkan anggota. Sangat tidak logis apabila menolak seorang pemimpin yang baik hanya karena masalah kepartaian atau golongan. 

Ketujuh, ketika dalam satu masjid ada shalat jama'ah yang dilangsungkan, tidak diperbolehkan membuat jama'ah sendiri. Apalagi jika hanya karena alasan ketidaksukaan dengan imamnya. Hal ini jelas, bahwa kepemimpinan dalam suatu organisasi itu adalah satu, dan tidak boleh ada dualisme kepemimpinan dalam sebuah organisasi. Seorang pemimpin dituntut mempunyai sifat arif bijaksana, sehingga masalah – masalah kepemimpinan pun harus bisa diselesaikan dengan cara – cara yang bijak pula.

(bersambung...)

Selasa, 15 Oktober 2013

Belajar Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi dari Ibadah Shalat (bagian 1)

Saya pernah diminta untuk mengisi sebuah acara pembekalan mentoring salah satu fakultas yang ada di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Acara tersebut merupakan pelatihan bagi calon – calon pementor untuk periode berikutnya. Dalam kesempatan tersebut, saya mencoba membawakan sebuah materi hasil dari iqra' saya dalam ibadah shalat. Ternyata ada seni memimpin dibalik rutinitas kita dalam melakukan shalat. Ketika kita ingin belajar manajemen organisasi ataupun kepemimpinan, sebenarnya tidak perlu jauh – jauh belajar pada orang barat, karena ternyata teori tersebut sudah terkandung dalam ibadah shalat kita. Cukup mengambilnya dari filosofi ibadah shalat kita. Apa saja teori kepemimpinan dan manajemen organisasi yang bisa kita ambil? Berikut ringkasannya.

Pertama, setiap kita melaksanakan ibadah shalat kita mendapat pahala. Tapi apabila kita mengerjakan shalat secara berjama'ah, masing – masing dari kita mendapat pahala lebih banyak. Dalam mencapai tujuan organisasi, tindakan setiap orang pasti ada nilainya. Namun apabila dikerjakan secara bersama, maka masing – masing akan memperoleh hasil yang lebih maksimal yang didapat dengan usaha yang lebih efektif dan efisien. Hal tersebut adalah hakikat dari sebuah kerja sama tim. TEAM itu sendiri sering diartikan sebagai Together Everyone Achieves More. Dan ini merupakan filosofi paling mendasar dari shalat jama'ah.

Kedua, Allah telah berfirman bahwa setiap tempat yang baik di bumi ini bisa dijadikan sebagai tempat bersujud atau tempat shalat. Namun sebaik – baik tempat itu yang paling baik adalah di masjid atau nama lainnya (mushola, langgar, surau, dsb). Hal ini dapat diartikan bahwa setiap manusia dalam melakukan kontribusinya bisa dimana saja. Namun lebih baik lagi bila dilakukan di tempat yang jelas. Selama ini kita melihat dalam komplek masjid selalu terpampang nama masjid baik besar maupun kecil. Karena itu setidaknya menjadi penanda yang jelas ketika orang mencari masjid. Organisasi yang baik adalah ia yang jelas kedudukan, status, tempat maupun visi misinya.

Ketiga, masjid itu sering menjadi pusat aktifitas ibadah maupun non ibadah, terutama di bidang pendidikan. Namun begitu, satu hal yang dilarang dilakukan di dalammasjid adalah aktifitas jual beli. Berada dalam sebuah organisasi berarti memberikan kesempatan pada diri kita untuk mendapatkan pendidikan lebih, baik itu pengembangan potensi diri, pendidikan kekeluargaan, maupun ilmu – ilmu lain yang kadang tidak diperoleh melalui jalur pendidikan formal. Namun tentu kita sepakat bahwa berada dalam organisasi, jangan sampai membuat kita memanfaatkannya untuk urusan "bisnis" yang hanya sekedar menguntungkan kepentingan pribadi atau suatu kelompok.
(bersambung)